Selasa, 25 Juni 2019

Sumber: Tjahjoedu
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir merespon undangan dari Pemerintah China dengan mendelegasikan 45 orang mahasiswa Indonesia yang akan melaksanakan kunjungan selama kurang lebih satu pekan (15 hingga 21 Juni 2019). Program kunjungan itu bertujuan untuk memperkenalkan keindahan alam, budaya, dan teknologi China kepada mahasiswa dan mahasiswi Indonesia. Selama di China, delegasi mahasiswa Indonesia dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dan diskusi dengan civitas akademika Peking University dan Hebei Normal University. Selain mengunjungi pusat-pusat aktivitas akademik, mahasiswa Indonesia akan mengunjungi pusat-pusat teknologi dunia yang berada di China, antara lain Huawei Technologies Co.Ltd., Hebei Museum, International Horticultural Exhibition 2019 Beijing, Great Wall Badaling, Forbidden City, dan Summer Palace(Sumber: AntaraNews)

Siapa yang tak ingin menuntut ilmu setinggi mungkin. Mengejar mimpi setinggi langit. Bahkan jika harus ke Negeri China pun akan dikejar. Maka pasti, berbagai fasilitas beasiswa baik dari pemerintahan daerah, pemerintahan pusat, hingga swasta selalu ramai peminat. Meski berbagai syarat dan ketentuan telah ditetapkan, tak sedikit seleksi harus dilalui, itu semua tidak membuat surut semangat mencapai asa.

Namun, asas "no free lunch" sudah menjadi ruh dalam setiap aspek kehidupan kita kini. Sistem kapitalisme yang mendominasi dunia saat ini, pun bercokol di negeri Indonesia tercinta, menjadikan kita hidup dalam dunia yang tak pernah tulus. Harus selalu ada "take and give", jika memberi pasti harus menerima. Ada udang di balik batu. Ada keinginan yang hendak dicapai dalam segala sesuatu. Begitu pun dengan berbagai beasiswa atau undangan kunjungan kenegaraan, sudah pasti ada maksud yang hendak dicapai. Bukan hendak berburuk sangka, namun begitulah adanya. Melihat suatu aktivitas politik sebuah negara tidak bisa dengan menggunakan kaca mata biasa, tapi perlu menggunakan kaca mata politik pula. Artinya perlu mengungkap sesuatu dibalik tabir.

China sebagai negara yang maju, dan sedang berupaya menyaingi kekuatan adidaya dunia, sudah pasti tidak serampangan dalam membuat program. Secara tersurat dikatakan bahwa undangan kunjungan yang diberikan kepada Menristekdikti adalah memperkenalkan keindahan alam, budaya, dan teknologi China kepada mahasiswa dan mahasiswi Indonesia. Secara tersirat tentu bukan hanya sekedar memperkenalkan, tapi lebih dari itu. Pola umum yang sudah terjadi dan sering dilakukan oleh negara elit global ketika mendapati anak negeri yang cerdas bahkan jenius dalam bidang sains, maka mahasiswa akan dipekerjakan di negara mereka. Sedang, jika dalam bidang sosial, kebanyakan dari mahasiswa akan kembali ke negeri asal dan menjadi 'agen' ideologi mereka.

Sungguh, melihat bagaimana negara Indonesia ikut terjerat dalam sistem pendidikan kapitalisme global ini, atau bahkan memang dengan suka rela berpartisipasi aktif dalam sistem tersebut, menunjukkan minimnya visi pendidikan Indonesia. Ini terlihat pula dari bagaimana ke-inkonsistensi-an para petinggi pendidikan Indonesia dengan berbagai kurikulum yang silih berganti. Sistem zonasi pendidikan yang baru-baru ini ramai diperhatikan pun ikut menambah karut marutnya pendidikan negeri ini. Ditambah dengan berkembang pesatnya berbagai kasus asusila yang dilakukan oknum guru bahkan kepala sekolah kepada muridnya menunjukkan minusnya visi penyelamatan generasi.

Padahal, sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya menjadi salah satu rujukan dunia bagaimana sesungguhnya pendidikan islam itu. Visi misi pendidikan islam seperti apa dan bagaimana pendidikan islam bisa menjadi pilar tegaknya suatu peradaban yang gemilang. Namun, jauh panggang dari api, agaknya gambaran pendidikan islam yang sesungguhnya bisa direalisasikan sangat jauh dari harapan. Hal itu karena saat ini Indonesia masih mengekor pada sistem kapitalis global dimana asas sekuler yang menjadi tumpuan. Jadi, jika Indonesia ingin bangkit, mewujudkan pendidikan berkarakter mulia dan revolusi mental yang sesungguhnya, menjadikan pendidikan sebagai pabrik pencetak generasi cemerlang penentu peradaban gemilang, satu-satunya cara adalah dengan menerapkan ideologi islam yang paripurna dalam setiap lini kehidupan. Wallohu'alam

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Total Tayangan Halaman

Blogroll

About

Assalamu'alaikum.. Mencoba berbagi berbagai pemikiran yang disandarkan pada islam politis, sebagai sarana belajar mengasah kemampuan berpikir dan analisis politik dengan kerangka yang islami. Bebas share dengan dicantumkan sumber referensinya. Semoga bermanfaat :) Wassalam..

Popular Posts

Blog Archive